Di Indonesia penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Data jumlah cacingan di Indonesia masih cukup tinggi terutama penderita cacingan pada anak-anak. Hasil survei pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 Sekolah Dasar di 10 provinsi menunjukan prevalensi berkisar antara 2,2% - 96,3% (Anonim, 2004). Sedangkan prevalensi cacingan yang tinggi pada anak usia Sekolah Dasar menurut Watkins dan Pollit (1997) bisa menimbulkan gangguan berupa penurunan konsentrasi belajar dan hal ini selanjutnya akan mengganggu prestasi belajar anak di sekolah. Kenaikan angka prevalensi juga bisa diakibatkan dari tingginya angka infeksi baru dan infeksi ulang (reinfeksi).
Cacingan adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai cacing yang berada dalam rongga usus yang menyebabkan terjadinya infeksi dalam tubuh manusia. Cacing yang hidup dalam rongga usus adalah kelas nematoda usus. Berbagai nematoda usus terdapat sejumlah spesies nematoda (cacing perut) yang secara alami memerlukan tanah untuk pertumbuhan telurnya menjadi bentuk infektif dan penularannya terjadi dengan berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukan oleh vektor melalui gigitan yang ditemukan di tanah, jadi tanah bertindak sebagai hospes perantara sehingga disebut soil transmitted helminthes yaitu infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau lebih dikenal sebagai cacingan.
Hubungan antara tingginya prevalensi cacingan dengan perilaku atau kebiasaan hidup sehat yang belum membudaya serta kondisi geografis yang sesuai untuk perkembangan cacing (Margono, 1995), menyebabkan penanggulangan penyakit cacingan tidak cukup hanya melalui pemberian obat cacing karena penyebaran penyakit ini berhubungan erat dengan perilaku sehat.
Kota Depok secara administrasi termasuk dalam wilayah propinsi Jawa Barat. Luas kota Depok adalah 20.504,54 Ha atau 205,04 Km2, terdiri dari 6 kecamatan dan 63 kelurahan. Di Kota Depok terdapat hanya satu TPA (Tempat Pembuangan Akhir), tepatnya di Kelurahan Cipayung. TPA adalah suatu lokasi yang digunakan untuk menimbun dan memusnahkan sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat Kota Depok.
Dimana ada TPA tentunya ada pemulung, dan pemulung tersebut mempunyai keluarga. Dari beberapa pemulung tersebut mempunyai anak yang masih duduk di Sekolah Dasar. Pada penelitian ini akan diteliti untuk mencari hubungan antara perilaku sehat pada murid Sekolah Dasar dengan prevalensi penyakit cacingan yang menyebabkan tingginya angka kejadian cacingan di Kota Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan perilaku sehat anak dan prevalensi penyakit cacingan pada anak.
Penelitian ini dilakukan dengan mengunjugi lokasi dan mewawancari koresponden dengan formulir kuestioner. Materi wawancara meliputi penggunaan alat makan, cuci tangan sebelum makan, penggunaan alas kaki, tempat buang air besar, cuci tangan setelah buang air besar, kebiasaan jajan di sekolah, memotong kuku. Tinja dari koresponden diperiksa di laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing.Hasil wawancara dianalisa statistik dengan menggunakan uji Linear regression.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa ada hubungan perilaku sehat dengan kejadian penyakit cacingan pada anak yaitu penggunaan alas kaki dan tidak rutin memotong kuku.
Prevalensi menunjukan 60,00 % koresponden menderita cacingan dan 40,00% tidak menderita cacingan. Dengan proporsi terbesar pada cacing gelang sebanyak 12 anak (66,66 %), kemudian yang terinfeksi cacing cambuk sebanyak 4 anak (22,22 %), dan paling rendah terinfeksi cacing tambang, 2 anak sebesar (11,11%).
Dalam upaya menurunkan dan menekan angka kejadian cacingan pada anak disekitar TPA Kelurahan Cipayung Kota Depok tersebut, diperlukan upaya pemberian obat cacing sesuai dengan jenis cacing yang diderita pada anak yang terbukti positif cacingan, selain itu juga penting dilakukan penerangan dan penyuluhan yang lebih intensif kepada anak.
Kamis, 26 Juni 2008
Langganan:
Postingan (Atom)